Sejarah 10 November

Hendrik Sutopo 10 November 2017 10:50:02 WIB

Sejarah Pertempuran Surabaya 10 November 1945 - Peristiwa perlawanan yang terjadi di Surabaya merupakan perang antara pihak Indonesia dan pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran Surabaya tidak lepas kaitannya dengan peristiwa yang mendahului, yaitu usaha untuk perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2 September 1945. Perebutan kekuasaan dan senjata ini membangkitkan suatu pergolakan, sehingga berubah menjadi situasi revolusi yang konfrontatif.

Latar Belakang Pertempuran Surabaya - Kronologi awal penyebab pertempuran Surabaya adalah ketika pada tanggal 25 Oktober 1945, Divisi 23 Sekutu dari Brigade 49 yang berkekuatan sekitar 5.000 tentara mendarat di kota Surabaya yang dipimpin oleh Brigjen Aulbertin Walter Sothern Mallaby. Setelah tiba di kota Surabaya, kemudian mereka memasuki kota surabaya dan mendirikan pos-pos pertahanan di 8 tempat. Kedatangan mereka awalnya ingin menyelamatkan pasukan serikat dan melucuti tentara Jepang. Setelah diadakan perundingan antara Brigjen Mallaby dan wakil pemerintah RI, kemudian kedatangan pasukan dapat diterima di kota Surabaya secara enggan. Pertemuan ini menghasilkan beberapa poin, antara lain :

  1. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang saja.
  2. Agar kerjasama antara kedua belah pihak dapat terlaksana, dibentuklah kontak biro.
  3. Kerjasama menjamin keamanan dan ketentraman antara dua belah pihak.
  4. Inggris berjanji bahwa diantara tentara mereka tidak terdapat tentara Belanda.

Setelah melakukan perjanjian dengan isinya yang sudah disebutkan diatas, tetapi kemudian pasukan Inggris mengingkari janjinya. Pasukan Inggris melakukan serangan di penjara Kali Sosok, tepanya tanggal 26 Oktober 1945. Tujuan serangan ini adalah untuk membebaskan kolonel angkatan laut Belanda bernama Kolonel Huiyer dan juga beberapa rekan-rekannya. Kemudian pada keesokan harinya pasukan militer Inggris menguasai dan menduduki obyek vital seperti Kantor Pos, Pangkalan Udara Tanjung Perak dan Gedung Internatio.

Kemudian pada tanggal 27 Oktober pukul 11.00, pesawat terbang Inggris menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata-senjata yang dirampas dari Jepang. Pemerintah RI berusaha menanyakan perihal tersebut kepada Mallaby. Mallaby mengaku tidak mengerti pamflet tersebut, namun ia berpendirian bahwa sekali pun sudah  ada perjanjian dengan pemerintah RI, ia akan melakukan tindakan sesuai dengan isi pamflet tersebut. Sikap inilah yang menghilangkan kepercayaan pemerintah RI terhadapnya. Pemerintah memerintahkan kepada para pemuda untuk siaga menghadapi segala kemungkinan.

Kronologi Pertempuran Surabaya

Pada pukul 14.00 tanggal 27 Oktober 1945 terjadi kontak senjata yang pertama antara pihak pemuda dan pihak Inggris. Peristiwa meluas menjadi serangan umum terhadap kedudukan Inggris di seluruh kota selama dua hari. Untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari kehancuran total,

Presiden Soekarno dihubungi oleh Komando Serikat dan pada keesokan harinya mereka berdua tiba di Surabaya. Presiden Soekarno melakukan perundingan dengan Mallaby. Hasil dari perundingan tersebut meliputi :

  1. Pamflet atau surat selebaran yang disebarkan dinyatakan tidak sah.
  2. Untuk sementara waktu Pelabuhan Tanjung Perak dijaga pasukan TKR.
  3. Seluruh Kota Surabaya tidak dijaga oleh pasukan Serikat.
  4. TKR dan Polisi diakui oleh pihak Serikat.

Setelah perundingan tersebut selesai, Soekarno dan perwakilan dari Serikat meninggalkan Kota Surabaya. Walaupun sudah terjadi gencatan senjata, tetapi dibeberapa lokasi masih terjadi pertempuran. Oleh karena itu, kontak biro dan kedua belah pihak mendatangi tempat-tempat yang masih terjadi pertempuran. pada pertempuran tersebut Mallaby terbunuh ditusuk dengan bayonet dan bambu runcing.

Dengan terbunuhnya Jenderal Mallaby, kemudian pihak inggris menuntut pertanggung jawaban. Pada 31 Oktober 1945 panglima AFNEI Jenderal Christhison memperingatkan kepada rakyat Surabaya agar mereka menyerah apabila tidak akan dilenyapkan. Rakyat Surabaya tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut karena kematian Mallaby adalah akibat kecelakaan, tidak dapat dipastikan dibunuh oleh pemuda surabaya atau akibat tembakan dari tentaranya sendiri.

Para pemimpin Indonesia, pemimpin pemuda, kepala polisi, kepala pemerintahan kota Surabaya diharuskan menandatangani dokumen ultimatum yang disediakan sebagai tanda menyerah tanpa syarat. Kemudian bagi para pemuda yang bersenjata diharuskan menyerahkan senjatanya. Batas waktu yang ditentukan adalah 06.00 tanggal 10 November tahun 1945. Apabila tidak terlaksana Inggris akan mengerahkan kekuatan darat, udara, dan laut. Kemudian melalui perintah Menteri Luar Negeri saat itu Ahmad Subardjo menyerahkan "kata putus" pada rakyat Surabaya. Selanjutnya secara resmi pada pukul 22.00 Gubernur Surabaya (Soeryo) melalui radio, menyatakan menolak ultimatum tersebut.

Komandan Kota yakni Soengkono mengundang semua pasukan militer maupun dari kekuatan rakyat pada tanggal 9 November. Kekuatan tersebut meliputi TKR, BPRI, PRI, Polisi Istimewa, Tentara Pelajar, PTKR, BBI, TKR Laut. Tempat yang dijadikan untuk berkumpul yaitu di Markas Pregolan 4. Soengkono menyatakan siapa yang ingin meninggalkan kota Surabaya dipersilahkan. Namun mereka bertekad untuk tetap mempertahankan kota Surabaya dan Soengkono kemudian dipilih sebagai Komandan Pertahanan.

Langkah selanjutnya kemudian membagi Kota Surabaya menjadi tiga sektor kekuatan pertahanan, yakni sektor timur, sektor tengah dan sektor barat. Sementara itu radio pemberontakan yang dipimpin oleh Bung Tomo dapat membakar semangat para pasukan pejuang rakyat, siaran ini dipancarkan dari JL. Mawar No. 4. Kemudian setelah keadaan semakin genting yakni ketika batas waktu ultimatum habis, kontak senjata pada pertempuran yang berlangsung di Surabaya pun dimulai. Kontak senjata antara pihak Inggris dan pasukan pejuang dari RI pertama berlangsung di Perak. Pertempuran berlangsung menegangkan, pasukan Inggris kemudian dapat menguasai garis pertama dari pertahanan kita. Serangan yang dilakukan oleh pasukan Inggris sangat membahayakan keselamatan para pejuang. pasukan Inggris melakukan pengeboman dengan sasaran pusat tempat pemuda berkumpul.

Akhir Pertempuran Surabaya

Surabaya yang diserang oleh pasukan Inggris hanya dapat di pertahankan oleh para pejuang kemerdekaan selama tiga minggu lamanya. Walaupun Inggris menggunakan senjata modern, sektor demi sektor Kota Surabaya dipertahankan gigih. Pertempuran terakhir dalam pertempuran surabaya berlangsung di Gunungsari pada tanggal 28 November tahun 1945. Banyak korban berguguran, baik dipihak Indonesia dan Tentara Sekutu (Inggris).

Sumber :

Notosusanto, Nugroho, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka

Wikipedia

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Selamat Hari Batik Nasional

Sumber : Google.com

Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439 H

Selamat Hari Raya Idul Adha 1438 H